logo

Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian serta orang-orang selain mereka yang tidak kalian ketahui sedangkan Allah mengetahuinya. (QS al-Anfal [8]: 60). "

Sabtu, 19 Juli 2008

PINTU AKHERAT

0 komentar
siapa yang tidak kenal sama yang namanya Abu Nawas dia lucu juga berwawasan tinggi. sekarang penulis hanya ingin memaparkan sebuah cerita yang lucu dan mempunyai makna regilius sebagai bahan untuk renungan dan pelajaran. eh kok malah saya yang bercerita sih. nanti gak jadi lucunya. heheheh.ya udah langsung aja ya.

Pintu Akhirat
Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak. Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ, la bertanya kepada ulama itu. "Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata? Ulama itu berpikir sejenak kemudian ia berkata,
Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. Ia merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikeliligi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah? Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking indahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan. Beliau pulang kembali ke istana. Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil Setelah menghadap Bagiri Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup Abu Nawas? Sanggup Paduka yang mulia. kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu. Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu syarat yang akan hamba ajukan. Sebutkan syarat itu. kata Baginda Raja. Hamba meminta Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya. Pintu apa? tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat. jawab Abu Nawas. Apa itu? tanya Baginda ingin tahu. Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat teriebih dahulu. Mendengar penjetasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam. Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi, Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga? Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya.


dikutip dari: cerita Abu Nawas

Sabtu, 12 Juli 2008

Nasehat Untuk Saudariku Seperjuangan

1 komentar
Ditengah keheningan shubuh, disaat-saat tenangnya hati telah berkhalwat dengan Allah Subhanu wa Taala, ditengah-tengah orang yang asyik dengan mimpi-mimpinya dalam tidur nyenyak, kusempatkan diri untuk menulis sebuah nasehat.

Nasehat ini kupersembahkan untuk saudariku yang ridho mengakui Allah sebagai Rabbnya. Islam sebagai Agamanya dan Muhammad sebagai Nabi dan RasulNya serta Al qur’an dan Assunnah sebagai pedoman hidupnya.
Terkhusus saudariku dijalan dakwah ini
Saudariku seperjuangan ……..
Apa yang Allah pilihkan bagi hambaNya yang beriman adalah pilihan yang terbaik. meski tampaknya sulit ,berat, dan memerlukan pengorban harta, kedudukan, jabatan, keluarga, anak, atau bahkan lenyapnya dunia seisinya.

Ketahuilah Wahai Saudariku……….
Sungguh ukhti akan menemui masa-masa sulit, yang melelahkan dan berbagai ujian padahal ukhti tengah berjalan diatas jalan kebenaran dan disibukkan dengan berbagai aktifitas dakwah. Sungguh jalan kebenaran itu sulit dan berat, penuh dengan onak dan duri. Tapi jalan kebenaran, meski sesulit apapun, seorang mu’min akan sanantiasa menempuhnya.
Dalam menjalaninya, seorang mu’min akan merasakan rasa manisnya yang tidak dapat digambarkan, tiada yang mengetahuinya selain Allah dan kemudian ia merasakannya sendiri. Rasa manis inilah yang akan memudahkan semua kesulitan, meringankan beban berat, menabahkan dijalan yang mendaki, dan menjadikan seorang mu’min ridha terhadap Rabbnya bahkan ketika ia merasakan rasa terpahit dan terberat sekalipun. Subhanallah……..

Bukankah sahabat yang mulia Utsman bin Ma’zhun yang menjadi buta sebelah matanya di jalan Allah setelah ia menolak perlindungan yang diberikan oleh seorang musyrik dan memilih ridha dengan perlindungan Allah. Kepadanya Walid bin Mughirah berkata. ‘ Demi Allah wahai kemenakanku. Jika matamu menginginkan apa yang terjadi, sebenarnya aku dapat menjaminnya.” Maka Utsman pun menjawab, “Sebaliknya demi Allah sungguh satu mataku yang masih sehat ini benar-benar menginginkan apa yang menimpa saudaranya di jalan Allah. Dan sungguh aku kini berada di sisi Dzat yang jauh lebih mulia darimu.

Saudariku……..
Keteguhan dapat mengalahkan tipu daya musuh. Karena sesungguhnya keteguhan, kesabaran dan komitmen kita kepada Allah Azza wa Jalla termasuk faktor kemenangan Islam dan kegagalan bagi musuh-musuhnya, bahkan kehancuran musuh-musuh Islam. Bukan hanya dari segi teori. Tapi menghancurkan mereka dari segi eksistensi, institusi dan konsititusi sekaligus.
Bukankah keteguhah Abu Bakar As-Shiddiq dan kesabarannya ketika terjadi harakaturriddah (gerakan murtad massal), Gerakan murtad massal ini merupakan faktor utama dari leyapnya fitnah kemurtadan itu. Kini kita sering mendengarkan “kemurtadan” di mana-mana namun tiada lagi Abu Bakar yang menanggulanginya.

Ukthi fillah ……….
Mungkin saat ini sudah tidak ada lagi Abu Bakar, tapi insya Allah semangat dan kesabaran ada dalam diri-diri kita. Cobalah ukhti motivasi diri untuk bisa menjadi Abu Bakar-Abu Bakar kecil, yang dalam dirinya terpatri semangat dan kesabaran dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Atau kita menjadi Umar-Umar kecil, dimanapun Syaitan takut pada beliau, apatah lagi musuh Allah. Itu semua sikap ketegasan dan sifat keras beliau kepada orang kafir. Apakah kita sudah temasuk orang-orang yang mencontoh beliau, dimana orang-orang yang ingin menyebarkan faham sesat berhenti ketika melihat wajah beliau.

Saudariku ……..
Kemilau dunia senantiasa mengajak bagi setiap insan di bumi ini untuk menikmatinya. Dan tak bisa dipungkiri ukhti, jiwa-jiwa kita pun ingin menikmati yang namanya kenikmatan dunia, ingin tampil menarik dan cantik, bergaul kepada siapa saja, dan ingin merasakan indahnya dunia, bersantai ria.
Tapi…..cukuplah kata-kata ini menjadi penguat bagi diri-diri kita. “Biarlah mereka mengambil dunia (itupun kalau dunia mau) sedangkan kita, cukuplah akhirat menjadi milik kita” Dunia seisinya adalah kelezatan yang disisi Allah tidak sebanding dengan selembar sayap nyamuk. Insya Allah di Akhirat kelak kita akan merasakan yang tiada tara yaitu balai-balai yang disediakan oleh Allah bagi pejuang agama-Nya di Jannah kelak. Insya Allah.

Saudariku ……..
Tidak ada kata terlambat. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Yang dulunya mungkin tidak bersemangat dalam berdakwah, ogah-ogahan, atau yang ikut-ikutan, tapi insya Allah sekarang saatnya untuk memacu diri, memotivasi diri untuk menjadi muslimah sejati yang sukses di dunia, mengkader diri-diri kita, saudara-saudara, anak-anak (bagi yang sudah punya) membimbing untuk menjadi manusia manusia yang Rabbani. Insya Allah kesuksesan yang seperti inilah yang nantinya akan mengantarkan kita pada kesuksesan Akhirat. Amin.

Saudariku ……..
Buat diri dan saudara kita yang masih dalam keadaan sendiri, kita masih muda ukhti, mungkin masih dimudahkan dalam kerja-kerja dakwah dibandingkan dengan para ummahat, tapi kelak ukhti setelah kita berkeluarga akan semakin banyak lagi rintangan- rintangan dalam berdakwah dan semakin sulit. Namun insya Allah semua itu merupakan batu ujian dari Allah untuk menguji keimanan kita. Tapi satu hal yang tidak boleh hilang ukhti, yaitu tekad baja dan semangat dakwah itu jangan sampai pudar bahkan hilang. Tapi justru sebaliknya semangat itu semakin berkobar karena saat itu ukhti sudah punya teman berjuang.

Satu doa yang senantias dibaca oleh Rasulullah shallahu alaihi wa sallam adalah :
‘ Ya muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika”
Mari perbanyak doa kepada Allah Azza wa Jalla agar ditetapkan jalan kebenaran hingga ajal menjemput. Amin.
Allahu A’la wa a’lam

Makassar Dzulqa’dah 1427 H
Ummu Thalhah, POLTEK

http://www.wahdah.or.id/wis/index.php?option=com_content&task=view&id=629&Itemid=62
dikutip dari : onisuya

Minggu, 06 Juli 2008

Kesadaran Diri

0 komentar
dunia mulai bosan dan marah
karena manusia yang selalu membuat masalah
kehancuran dimana-mana
malapetaka tak terhitung lagi

kini musibah dan ujian silih berganti
karena semuannya sudah mulai marah
angin
laut
air
api
dan bumi
angin mengamuk dengan buting beliun
laut menerjang dengan tsunami
air menghantam dengan banjir
api menghanguskan perumahan dengan semangatnya
bumi tidak mau kalah dengan gempanya.

terus kemanakah manusia akan menghindar
jika semuanya sudah mulai marah
satu pilihan kita
yaitu kembali merawat dan menjaga
akan keindahan alam dengan segala isinya
karena dengan itu alam dan isinya
akan menjadi sahabat bagi kita
karena kelompok itu juga ciptaan Allah swt.